Renungan Sabtu, 06 September 2014 : Mengabdi Manusia


Pekan Biasa XXII
1Kor. 4:6b-15; Mzm 145; Luk. 6:1-5

Kitab Suci Kejadian 1:1-2:3 bercerita tentang penciptaan alam semesta. Allah menyelesaikan ciptaan-Nya selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh, maka hari itu dikuduskan untuk Allah. Kitab Ulangan 5:12- 15 memberi alasan lain hari Sabbat merupakan kesempatan istirahat bagi umat Israel. Hari itu mengingatkan Israel akan perbudakan di Mesir dan pembebasan oleh Allah. Maka, Sabbat mesti dinikmati dengan rasa syukur kepada Tuhan dan diisi dengan istirahat untuk memulihkan tenaga dari kelelahan selama enam hari bekerja keras, terutama bagi kaum buruh yang miskin. Jadi, hukum hari Sabbat menjamin kehidupan yang sejahtera bagi rakyat.

Pada masa Yesus, makna hari Sabbat disalahtafsirkan menjadi hari yang sulit, penuh aturan dan larangan, sehingga tak dapat dirayakan dengan sukacita. Ada sejumlah aturan dan larangan yang didaftarkan ahli-ahli Taurat berkaitan dengan “bekerja”, seperti menumbuk, menampi, mengirik, dan yang lain. Murid-murid Yesus melanggar kekudusan hari Sabbat, karena mereka memetik bulir-bulir gandum, mengirik dengan tangan, lalu menampi. Aturan Sabbat yang kaku ini masuk dalam kelompok “yang lama”, yang seharusnya sudah berakhir dengan kehadiran “yang baru” yaitu Mesias. Hukum apapun harus mengabdi kepada kepentingan manusia, bukan sebaliknya. Bagaimana sikap kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar