Renungan Kamis, 11 September 2014 : Dua Sayap Doa

 
Pekan Biasa XXIII
1Kor 8:1b-7,11- 13; Mzm 139;Luk 6:27-38

ST Augustinus dari Hippo mengatakan, “Apakah kamu ingin doamu terbang kehadirat Allah? Berilah doa itu dua sayap; puasa dan derma.” Menurut Katekismus Gereja Katolik art. 1434, puasa, doa, dan berderma itu tiga bentuk tobat batin seorang Kristen menurut Kitab Suci dan Bapa Gereja.

Injil hari ini bicara tentang pertobatan. Sebelumnya, dalam relasi dengan sesama, yang dipakai adalah kriteria hak dan kewajiban. Kini, ketika berada dalam ke satuan dengan Yesus Kristus, yang menjadi ukuran adalah Rahmat Allah. Melalui ukuran itu, sesama diperlakukan berdasar ke hendak Allah yang Mahakasih dan Mahamurah.

Tobat batin itu sangat sulit. Apalagi ungkapan yang dipakai Yesus dalam ay.27-28, mengenai mereka yang melawan kita, sangat ‘menyengat’. Dalam teks Yunani itu sangat jelas. Echthros (musuh) adalah orang yang punya kebencian sangat pribadi; misé¯o (mem benci): tindakan kebencian disertai keinginan terus menganiaya; kataraomai (mengutuk): pengucapan kata-kata yang mencelakakan dengan memanggil kekuatan supranatural; ep¯ereázo¯ (mengancam): mengintimidasi memakai ancaman dan tuduhan terencana.

Dari sisi hak dan martabat manusia, semua tindakan itu harus dilawan. Namun, Yesus minta ‘mengasihi’ atau agapá¯o , yaitu sikap kasih yang tak berdiri sendiri, tapi selalu meluas ke sesama atas dasar kesatuan dengan kehendak Allah. Dibutuhkan pertobatan batin: berpuasa meninggalkan kriteria manusia, dan ‘mendermakan’ kasih Illahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar