YESUS bersabda:”Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia juga tidak
benar dalam perkara-perkara besar. Jadi jika kalian tidak setia mengurus
mamon yang tidak jujur, siapa mempercayakan harta sejati kepadamu.”
Berjalanlah menurut irama kehidupan. Sejak kecil kita sudah diajar
untuk berjalan setapak demi setapak, lalu kita bisa melangkah dan
berjalan normal. Dulu kita belum tahu apa-apa, kemudian mulai diajak
belajar, mulai dari TK, SD, SMP, SLA, lalu yang mampu dapat meneruskan
ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tidak ada orang yang langsung jadi
profesor tanpa melalui jenjang yang lebih rendah.
Tidak ada pemimpin atau pejabat masyarakat tanpa lebih dahulu
menapaki jenjang yang biasa-biasa. Tidak ada orang yang langsung menjadi
kaya dan mempunyai pusat usaha yang besar tanpa melalui proses menjadi
pedagang loakan atau bakul kecil-kecil.
Dalam hal ini tidak ada loncatan. Orang kecil tidak mungkin secara
mendadak menjadi orang besar dan punya jabatan tinggi kalau mulus
jalannya. Kalau terjadi bahwa orang kecil secara mendadak dapat meraih
jabatan, hal ini terjadi, ini pasti menunjukkan adanya salah jalan,
dengan kolusi, manipulasi,sogokan dsb.
Orang miskin tak mungkin langsung menjadi orang kaya kalau berjalan
melalui jalan biasa. Kalau toh hal ini terjadi orang miskin tiba-tiba
menjadi kaya, pasti ada sesuatu yang salah. Orang ini berjalan tidak
melalui proses dari bawah, tetapi melakukan perbuatan tidak adil,
merampas milik orang lain atau korupsi.
Maka Yesus menganjurkan agar orang setia dalam mengurus
perkara-perkara kecil. Kalau orang setia dengan jujur menempuh kehidupan
bawah dengan pasti, justru orang itu akan dipercaya untuk mengurus hal
yang besar. Untuk menjadi pengajar atau dosen orang perlu menguasai
materi yang nanti akan disampaikan pada calon mahasiswanya dulu. Baru
kalau lulus ia dapat menjadi pengajar yang baik, dan kalau setia tekun
pasti akan naik jenjangnya. Begitu kalau mau menjadi dokter atau
pimipinan masyarakat.
Demikian pula dalam soal keagamaan, seperti yang dikatakan Yesus
kepada orang-orang Farisi: “Kalian membenarkan diri dihadapan orang,
tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia dibenci
Allah.”
Artinya: Manusia bisa saja jadi tokoh agama atau pempinan agama, tetapi
kalau tidak melewati jalan Tuhan, melaksanakan FirmanNya dan mendekatkan
hidupNya kepada Tuhan, tak mungkin jadi panutan orang lain. Marilah
kita refleksi: yang dipentingkan disini adalah belajar hidup suci
menurut anjuran Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar