Renungan Selasa, 25 November 2014 : Hukum Kasih

 
Pekan Biasa XXXIV
 
 Why 14:14-20; Mzm 96; Luk 21:5-11

Mula-mula umat Israel tidak mempunyai rumah ibadah permanen yang disebut Kenisah. Mereka mengembara di padang gurun bersama kawanan ternak. Biasanya mereka mendirikan sebuah tenda yang di dalamnya diletakkan semacam tabernakel berisi sepuluh Firman Allah.

Baru pada masa Raja Salomon, didirikan sebuah Kenisah megah di atas bukit Moria. Kenisah itu menjadi kebanggaan dan simbol identitas umat Israel, sekaligus simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya (1Raj 8:10-13). Setiap orang Yahudi harus datang berziarah ke Bait Allah tersebut sekali dalam satu tahun. Begitu penting Bait Allah di Yerusalem, sehingga keruntuhannya dilihat sebagai tanda-tanda akhir zaman.

Ramalan Yesus tentang kehancuran Bait Allah dan berbagai peperangan di Yeru salem mengisyaratkan dua hal yang akan terjadi; penganiayaan terhadap Gereja oleh orang-orang Yahudi dan penghukuman Allah terhadap Yerusalem yang menolak pewartaan Yesus Kristus. Dalam Perjanjian lama hal itu dilihat sebagai ‘Hari kedatangan Tuhan’ (Yes 34:8;35:4) yang adalah saat penghakiman terhadap manusia. Perbuatan kasih yang diajarkan Tuhan menjadi dasar pengadilan-Nya.

Kehancuran Bait Allah yang kedua kali menjadi tanda berakhir zaman hukum lama; orang akan menemukan sebuah era dan jalan hidup baru dalam Yesus Kristus yang menguatkan hukum kasih. Sikap yang tepat dalam menanti hari kedatangan Tuhan adalah “bertobat”, dan hidup dalam keadaan siap sedia melaksanakan kehendak-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar