Pw St Pius X
Yeh 36:23-28; Mzm 51;Mat 22:1-14
Dalam ibadat tobat dalam sebuah
retret, imam pembimbing mengajak peserta memusatkan perhatian bukan kepada
sejumlah perbuatan jahat yang dilakukan, tapi kepada perbuatan baik yang tidak
dilakukan atau diabaikan. Cukup banyak peserta terkejut dengan cara ini. Mereka
yang semula merasa hidup baik-baik saja karena tidak berbuat jahat, tiba-tiba
terhenyak akan hal-hal baik yang seharusnya bisa dilakukan, tapi diabaikan.
Injil hari ini tidak hanya berkisah
tentang perbuatan jahat, tapi tentang kebaikan Allah yang diabaikan. Ia
mengadakan pesta perjamuan, tapi para undangan tak hadir. Pendosa yang buruk
melulu mencatat kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Pendosa yang baik
mencatat keutamaan-keutamaan yang tidak dilakukannya.
Yehezkiel memberi gambaran yang
sangat hidup tentang Allah yang tak jemu mengundang manusia agar membarui
kembali perjanjian dengan-Nya. Allah membimbing dan membuka wawasan para
pendosa bahwa tanpa Roh-Nya manusia tak mampu merindukan yang luhur dan baik.
Roh dan hati baru yang dijanjikan-Nya menjamin kebahagiaan manusia dalam
melaksanakan perintah dan ajaran-Nya, bukan pertama-tama sebagai hukum atau
aturan, tetapi sebagai sumber kebaikan yang pantas dirindukan, dicari, dan
dilaksanakan penuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar