Renungan Kamis, 21 Agustus 2014 : Menolak Kebaikan


Pw St Pius X
Yeh 36:23-28; Mzm 51;Mat 22:1-14

Dalam ibadat tobat dalam sebuah retret, imam pembimbing mengajak peserta memusatkan perhatian bukan kepada sejumlah perbuatan jahat yang dilakukan, tapi kepada perbuatan baik yang tidak dilakukan atau diabaikan. Cukup banyak peserta terkejut dengan cara ini. Mereka yang semula merasa hidup baik-baik saja karena tidak berbuat jahat, tiba-tiba terhenyak akan hal-hal baik yang seharusnya bisa dilakukan, tapi diabaikan.

Injil hari ini tidak hanya berkisah tentang perbuatan jahat, tapi tentang kebaikan Allah yang diabaikan. Ia mengadakan pesta perjamuan, tapi para undangan tak hadir. Pendosa yang buruk melulu mencatat kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Pendosa yang baik mencatat keutamaan-keutamaan yang tidak dilakukannya.

Yehezkiel memberi gambaran yang sangat hidup tentang Allah yang tak jemu mengundang manusia agar membarui kembali perjanjian dengan-Nya. Allah membimbing dan membuka wawasan para pendosa bahwa tanpa Roh-Nya manusia tak mampu merindukan yang luhur dan baik. Roh dan hati baru yang dijanjikan-Nya menjamin kebahagiaan manusia dalam melaksanakan perintah dan ajaran-Nya, bukan pertama-tama sebagai hukum atau aturan, tetapi sebagai sumber kebaikan yang pantas dirindukan, dicari, dan dilaksanakan penuh cinta.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar