Renungan Sabtu 18 Oktober 2014: Membawa Damai

YESUS mengutus 70 muridNya berdua-dua ke setiap kota yang hendak dikunjungiNya. Perutusan ini bukan pertama-tama untuk mengajar, tetapi membawa damai kepada orang yang dikunjungi.

Para murid diharapkan memberi kesaksian melalui perilakunya dan pelayanannya pada keluarga yang dikunjungi, dengan memperingan penderitaan mereka kalau ada yang sakit. Dalam kesaksian ini para murid tidak boleh mengandalkan bekal, tetapi berani percaya pada penyelenggaraan Tuhan sendiri.

Membawa damai disini bukan hanya sekedar mengucapkan kata-kata “damai sejahtera bagi rumah ini”, tetapi membuat gembira yang dikunjungi, sehingga kunjungan menjadi berkat Tuhan sendiri.

Inilah yang paling sulit. Cirinya yaitu bahwa yang mengunjungi diterima oleh yang punya sebagai saudara sendiri. Memang tujuan kunjungan ini untuk membangun persaudaraan yang sejati, sebab dalam suasana persaudaraan ini kehadiran Tuhan Allah dapat dirasakan.

Memang inilah yang dimaksudkan dengan mewartakan Kerajaan Allah sudah dekat. Perutusan para murid ini dimaksud oleh Tuhan Yesus untuk membuka jalan bagi kehadiran dan pewartaanNya, sehingga ajaran Yesus tentang kebaikan Allah juga dapat diresap dan diterima oleh masyarakat.

Demikianlah perutusan kita di tengah masyarakat juga untuk membuka jalan untuk pewartaan dari Yesus. Dapat dikatakan ciri keberhasilan pewartaan dan atau penyebaran iman Katolik sangat didasarkan suasana persaudaraan yang dibangun oleh para utusan,

Maka dapat dilihat dimana para utusan dekat dengan masyarakat umum, maka Firman Tuhan juga dapat diterima dengan baik. Oleh sebab itu perintisan jalan masuk penyebaran iman lebih diutamakan melalui karya sosial, bakti sosial dan membina kerukunan.

Ada seorang imam ditanya oleh temannya: “Berapa jumlah Umat Katolik yang telah kaubaptis dari daerahmu?”

Maka imam itu menjawab:”Mengapa yang ditanyakan ‘berapa Umat yang telah kau baptis’
Itu tidak penting bagi saya saat ini. Tetapi saya bangga, bahwa di masyarakat yang saya datangi itu, orang-orang sudah bisa hidup rukun, bisa saling menerima, saling memahami dan menghargai, meski ada perbedaan keyakinan dan tingkatan pendidikan. Karena aku merasa bahwa aku diutus untuk membawa kasih Allah dan persaudaraan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar