YESUS mengutus 70 muridNya berdua-dua ke setiap kota
yang hendak dikunjungiNya. Perutusan ini bukan pertama-tama untuk
mengajar, tetapi membawa damai kepada orang yang dikunjungi.
Para murid diharapkan memberi kesaksian melalui perilakunya dan
pelayanannya pada keluarga yang dikunjungi, dengan memperingan
penderitaan mereka kalau ada yang sakit. Dalam kesaksian ini para murid
tidak boleh mengandalkan bekal, tetapi berani percaya pada
penyelenggaraan Tuhan sendiri.
Membawa damai disini bukan hanya sekedar mengucapkan kata-kata “damai
sejahtera bagi rumah ini”, tetapi membuat gembira yang dikunjungi,
sehingga kunjungan menjadi berkat Tuhan sendiri.
Inilah yang paling sulit. Cirinya yaitu bahwa yang mengunjungi
diterima oleh yang punya sebagai saudara sendiri. Memang tujuan
kunjungan ini untuk membangun persaudaraan yang sejati, sebab dalam
suasana persaudaraan ini kehadiran Tuhan Allah dapat dirasakan.
Memang inilah yang dimaksudkan dengan mewartakan Kerajaan Allah sudah
dekat. Perutusan para murid ini dimaksud oleh Tuhan Yesus untuk membuka
jalan bagi kehadiran dan pewartaanNya, sehingga ajaran Yesus tentang
kebaikan Allah juga dapat diresap dan diterima oleh masyarakat.
Demikianlah perutusan kita di tengah masyarakat juga untuk membuka
jalan untuk pewartaan dari Yesus. Dapat dikatakan ciri keberhasilan
pewartaan dan atau penyebaran iman Katolik sangat didasarkan suasana
persaudaraan yang dibangun oleh para utusan,
Maka dapat dilihat dimana para utusan dekat dengan masyarakat umum,
maka Firman Tuhan juga dapat diterima dengan baik. Oleh sebab itu
perintisan jalan masuk penyebaran iman lebih diutamakan melalui karya
sosial, bakti sosial dan membina kerukunan.
Ada seorang imam ditanya oleh temannya: “Berapa jumlah Umat Katolik yang telah kaubaptis dari daerahmu?”
Maka imam itu menjawab:”Mengapa yang ditanyakan ‘berapa Umat yang telah kau baptis’
Itu tidak penting bagi saya saat ini. Tetapi saya bangga, bahwa di masyarakat yang saya datangi itu, orang-orang sudah bisa hidup rukun, bisa saling menerima, saling memahami dan menghargai, meski ada perbedaan keyakinan dan tingkatan pendidikan. Karena aku merasa bahwa aku diutus untuk membawa kasih Allah dan persaudaraan.”
Itu tidak penting bagi saya saat ini. Tetapi saya bangga, bahwa di masyarakat yang saya datangi itu, orang-orang sudah bisa hidup rukun, bisa saling menerima, saling memahami dan menghargai, meski ada perbedaan keyakinan dan tingkatan pendidikan. Karena aku merasa bahwa aku diutus untuk membawa kasih Allah dan persaudaraan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar