Semoga berkat sentuhan rahmat dan kuasa Allah yang menghidupkan dan mendamaikan, yang hadir pada Tubuh Tuhan dalam Ekaristi, kita menjadi putra-putri Gereja yang memenuhi harapan-Nya
Minggu Biasa XXVII
Minggu Biasa XXVII
Yes 5:1-7; Mzm 80; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43
Bertepatan dengan Minggu Biasa ke-27, Gereja mengenang seorang kudus, St Anna Maria Gallo. Semasa remaja, ia mengalami banyak penderitaan batin karena menolak dipaksa kawin dengan pemuda pilihan orangtuanya. Melewati hari-harinya yang penuh penderitaan batin, Anna berusaha menyebarkan kebaikan bagi orang lain, terutama orang sakit dan miskin. Ia juga bersandar kepada Tuhan. Ia mengikuti Misa dan menyambut Tubuh Kristus dalam Ekaristi setiap hari. Ia mendapat anugerah stigmata, lima luka suci seperti yang dialami Yesus di kayu salib: luka di kedua telapak tangan, kedua telapak kaki, dan lambung-Nya.Kristus memperlihatkan diri sebagai pokok sukacita dan kebanggaan Anna dalam menghadapi penderitaannya, sambil tetap menjadikannya sebagai pancaran kebaikan yang meringankan beban hidup orang lain.
Kristus yang menghadirkan diri sebagai pokok sukacita tampak juga dalam kisah mengenai kaisar-kaisar Romawi yang tidak suka pada agama Kristen selama lebih dari 300 tahun. Orang Kristen dikejar, ditangkap, dan dianiaya secara kejam. Dengan penganiayaan itu, mereka berharap orang-orang dan agama pemuja Kristus yang menolak memuja dewa-dewi Romawi lenyap dari muka bumi. Namun, Kristus menghadirkan diri sebagai pokok sukacita dan kebanggaan orang Kristen, sehingga prinsip dan keyakinan iman jemaat Kristen justru kian kuat. Jumlah jemaat Kristen pun kian banyak.
Pada Minggu ke-24, 14 September lalu, Gereja merayakan Pesta Salib Suci, Salib Yesus jalan keselamatan. Ketika menaklukkan Tanah Suci dan menduduki Yerusalem, Raja Persia merampas Salib Yesus di puncak Golgota dan membawanya ke Persia. Tak lama, ketika Kaisar Romawi, Heraklius mengalahkan Persia, Salib Yesus dikembalikan. Heraklius memikul sendiri Salib itu hingga ke puncak Golgota. Boleh yakin bahwa Kaisar Heraklius ditarik oleh rahmat dan kuasa Allah yang memberikan sentuhan menghidupkan dan mendamaikan. “Tak seorang pun dapat datang kepada- Ku kalau ia tidak ditarik oleh Bapa” (Yoh 6:44). Dalam Yoh 12:32, Yesus mengungkapkan, “Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada- Ku.”
Pada abad IV, Salib Yesus ditemukan lagi oleh St Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung. Tahun 324, St Helena berziarah ke Tanah Suci untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas rahmat bagi keluarganya. Dalam ziarah itu, ia bertekad menemukan Salib Suci.
Usai berjerih payah mencari, St Helena menemukan tiga salib di sebuah sumur dekat bukit Golgota, Yerusalem. Betulkah ketiga salib itu adalah salib yang ia cari? Lalu manakah Salib Yesus? Dengan bantuan Uskup Makarios, ketiga Salib itu disentuhkan satu per satu pada seorang wanita sakit yang tak tersembuhkan. Ketika salib ketiga disentuhkan, wanita itu langsung sembuh. Salib itulah yang diyakini sebagai Salib Yesus. Berlimpah kegembiraan, St Helena mohon kepada putranya, Konstantinus agar mendirikan sebuah gereja di atas bukit Golgota untuk menyimpan Salib itu. Dua buah gereja lain dibangun di Betlehem, tempat kelahiran Yesus dan di bukit Zaitun, tempat Yesus mengalami sakrat maut dan tempat Yesus diangkat ke surga.
Dari kisah tersebut, kita boleh yakin, Kaisar Heraklius, Konstantinus Agung, St Helena dan St Anna Maria pasti ditarik oleh rahmat dan kuasa Allah yang memberikan sentuhan menghidupkan dan mendamaikan. Mereka pun mampu memilih untuk bertindak demikian.
Semoga berkat sentuhan rahmat dan kuasa Allah yang menghidupkan dan mendamaikan, yang hadir pada Tubuh Tuhan dalam Ekaristi, kita menjadi putra-putri Gereja yang memenuhi harapan-Nya. Ini sebagaimana diungkapkan dalam bacaan pertama (Yes 5:1-7), yaitu menjadi kebun anggur yang menghasilkan buah yang baik dan bukan buah asam. Semoga berkat tarikan rahmat dan kuasa Allah itu pula, kita menjadi penggarap-penggarap kebun anggur, yang memenuhi harapan Tuhan. Seperti diungkapkan dalam Injil (Mat 21:33-43), semoga kita bisa menjadi penggarap kebun anggur yang rela menyerahkan bagian dari hasilnya kepada Tuhan dan sesama pada waktunya. Seperti St Anna, sekalipun melewati hidup dalam penderitaan, kiranya kita tetap berusaha agar Tuhan dan orang lain, terutama orang lemah dan miskin, bisa menikmati kebaikan yang berasal dari diri, kerja, dan kepedulian kita.
Bertepatan dengan Minggu Biasa ke-27, Gereja mengenang seorang kudus, St Anna Maria Gallo. Semasa remaja, ia mengalami banyak penderitaan batin karena menolak dipaksa kawin dengan pemuda pilihan orangtuanya. Melewati hari-harinya yang penuh penderitaan batin, Anna berusaha menyebarkan kebaikan bagi orang lain, terutama orang sakit dan miskin. Ia juga bersandar kepada Tuhan. Ia mengikuti Misa dan menyambut Tubuh Kristus dalam Ekaristi setiap hari. Ia mendapat anugerah stigmata, lima luka suci seperti yang dialami Yesus di kayu salib: luka di kedua telapak tangan, kedua telapak kaki, dan lambung-Nya.Kristus memperlihatkan diri sebagai pokok sukacita dan kebanggaan Anna dalam menghadapi penderitaannya, sambil tetap menjadikannya sebagai pancaran kebaikan yang meringankan beban hidup orang lain.
Kristus yang menghadirkan diri sebagai pokok sukacita tampak juga dalam kisah mengenai kaisar-kaisar Romawi yang tidak suka pada agama Kristen selama lebih dari 300 tahun. Orang Kristen dikejar, ditangkap, dan dianiaya secara kejam. Dengan penganiayaan itu, mereka berharap orang-orang dan agama pemuja Kristus yang menolak memuja dewa-dewi Romawi lenyap dari muka bumi. Namun, Kristus menghadirkan diri sebagai pokok sukacita dan kebanggaan orang Kristen, sehingga prinsip dan keyakinan iman jemaat Kristen justru kian kuat. Jumlah jemaat Kristen pun kian banyak.
Pada Minggu ke-24, 14 September lalu, Gereja merayakan Pesta Salib Suci, Salib Yesus jalan keselamatan. Ketika menaklukkan Tanah Suci dan menduduki Yerusalem, Raja Persia merampas Salib Yesus di puncak Golgota dan membawanya ke Persia. Tak lama, ketika Kaisar Romawi, Heraklius mengalahkan Persia, Salib Yesus dikembalikan. Heraklius memikul sendiri Salib itu hingga ke puncak Golgota. Boleh yakin bahwa Kaisar Heraklius ditarik oleh rahmat dan kuasa Allah yang memberikan sentuhan menghidupkan dan mendamaikan. “Tak seorang pun dapat datang kepada- Ku kalau ia tidak ditarik oleh Bapa” (Yoh 6:44). Dalam Yoh 12:32, Yesus mengungkapkan, “Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada- Ku.”
Pada abad IV, Salib Yesus ditemukan lagi oleh St Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung. Tahun 324, St Helena berziarah ke Tanah Suci untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas rahmat bagi keluarganya. Dalam ziarah itu, ia bertekad menemukan Salib Suci.
Usai berjerih payah mencari, St Helena menemukan tiga salib di sebuah sumur dekat bukit Golgota, Yerusalem. Betulkah ketiga salib itu adalah salib yang ia cari? Lalu manakah Salib Yesus? Dengan bantuan Uskup Makarios, ketiga Salib itu disentuhkan satu per satu pada seorang wanita sakit yang tak tersembuhkan. Ketika salib ketiga disentuhkan, wanita itu langsung sembuh. Salib itulah yang diyakini sebagai Salib Yesus. Berlimpah kegembiraan, St Helena mohon kepada putranya, Konstantinus agar mendirikan sebuah gereja di atas bukit Golgota untuk menyimpan Salib itu. Dua buah gereja lain dibangun di Betlehem, tempat kelahiran Yesus dan di bukit Zaitun, tempat Yesus mengalami sakrat maut dan tempat Yesus diangkat ke surga.
Dari kisah tersebut, kita boleh yakin, Kaisar Heraklius, Konstantinus Agung, St Helena dan St Anna Maria pasti ditarik oleh rahmat dan kuasa Allah yang memberikan sentuhan menghidupkan dan mendamaikan. Mereka pun mampu memilih untuk bertindak demikian.
Semoga berkat sentuhan rahmat dan kuasa Allah yang menghidupkan dan mendamaikan, yang hadir pada Tubuh Tuhan dalam Ekaristi, kita menjadi putra-putri Gereja yang memenuhi harapan-Nya. Ini sebagaimana diungkapkan dalam bacaan pertama (Yes 5:1-7), yaitu menjadi kebun anggur yang menghasilkan buah yang baik dan bukan buah asam. Semoga berkat tarikan rahmat dan kuasa Allah itu pula, kita menjadi penggarap-penggarap kebun anggur, yang memenuhi harapan Tuhan. Seperti diungkapkan dalam Injil (Mat 21:33-43), semoga kita bisa menjadi penggarap kebun anggur yang rela menyerahkan bagian dari hasilnya kepada Tuhan dan sesama pada waktunya. Seperti St Anna, sekalipun melewati hidup dalam penderitaan, kiranya kita tetap berusaha agar Tuhan dan orang lain, terutama orang lemah dan miskin, bisa menikmati kebaikan yang berasal dari diri, kerja, dan kepedulian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar