Minggu Adven II
Yes 40:1-5,9-11; Mzm 85; 2Ptr 3:8-14; Mrk 1:1-8
Pada
akhir masa pembuangan di Babilonia, tanda-tanda kedatangan penyelamat
Israel semakin dirasakan nabi Yesaya (Deutero Yesaya). Ia menyerukan
warta sukacita Allah, “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku … ” (Yes 40:1).
Nubuat itu terpenuhi ketika Koresh Agung, Raja Persia, mengeluarkan
surat perintah yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem (538
SM).
Yohanes Pembaptis pun merasakan
kedatangan Sang Juru Selamat, Yesus Kristus kian dekat dan mempersiapkan
jalan bagi-Nya. Nubuat itu terjadi ketika ia berjumpa dengan Yesus di
Sungai Yordan. Bahkan, dialah yang membaptis-Nya. Namun, Yohanes sadar
bahwa sesudah dia, akan datang Dia yang lebih berkuasa. “Aku membaptis
kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (Mrk
1:8).
Apa artinya Yesus akan membaptis kita
dengan Roh Kudus? Pertanyaan itu muncul dalam pikiran saya ketika Sidang
Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2014, selama para uskup
mempelajari Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium (EG). Buah pembelajaran para uskup tertuang dalam Pesan Sidang Tahunan KWI 2014. (Baca: http://www.hidupkatolik.com/2014/12/05/pesan-sidang-tahunan-2014-kwi).
“Sukacita
Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus” (EG.
1). Perjumpaan dengan- Nya menjadi alasan utama mengapa murid- Nya
mewartakan sukacita Injil kepada orang lain. Panggilan menjadi murid
memuat tugas perutusan untuk membangun persaudaraan baru. Kepada para
murid, Yesus telah memberikan amanat perutusan Tuhan, “…pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19). Agar Kerajaan Allah hadir secara
nyata dan Injil tetap diwartakan, Kristus mendirikan Gereja- Nya,
himpunan orang beriman Kristiani berkat baptisan air yang menjadikan
seseorang anggota Gereja, Tubuh Kristus. Kita berdoa dan bersyukur
karena rahmat-Nya, Gereja tumbuh, berakar, mekar, dan berbuah di
Indonesia.
Kristus membaptis dengan Roh Kudus (bdk.
Mrk 1: 8). Roh Kudus mengubah manusia lama yang dikuasai dosa menjadi
manusia baru, yakni kepada mereka yang menerima maupun yang tidak
menerima baptisan air. Bagaimana Roh Kudus bekerja ditegaskan oleh Bapa
Suci: “Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas,
tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan
simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit
dipahami” (EG.178).
Roh Kudus yang bekerja
dalam diri Yesus memampukan- Nya untuk melaksanakan kehendak Allah
secara tuntas dengan bersedia menapaki jalan salib menuju kematiaan-Nya
di Golgota. Di puncak Golgota, Yesus Kristus diakui sungguh Anak Allah (bdk.
Mat 27:54). Dalam Yesus, kita menemukan pola hidup sebagai Anak Allah,
pola dasar untuk membangun persaudaraan sejati dengan siapa saja dan apa
saja. Bagaimana persaudaraan sejati itu dibangun di Indonesia? Dalam
Pesan Sidang para Uskup ditegaskan: “Di bumi Indonesia yang majemuk,
beriman berarti beriman dalam kebersamaan dengan yang lain, yang berbeda
agama, suku, ras dan golongan. Dialog antaragama memerlukan sikap
terbuka terhadap kebenaran dan terhadap kasih” (EG.250). Membangun
persaudaraan sejati tak cukup dengan sikap toleran, sekadar menerima
yang lain karena ada, tapi dibutuhkan sikap kasih terhadap yang lain,
dan saling menghormati untuk mewujudkan persaudaraan sejati antarsesama
manusia dan semua makhluk, di mana Alllah menjadi Bapa bagi semua.
Dewasa
ini, kita merasakan hembusan Roh Kudus yang bekerja secara kreatif
untuk membangun bangsa Indonesia melalui orang-orang yang berkehendak
baik. Bangsa Indonesia sedang merasakan tanda-tanda zaman dengan
terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia. Kesediaannya untuk mengemban tugas
kepemimpinan dengan semangat pelayanan dalam pemerintahan yang bersih
menjadi harapan bagi banyak orang untuk membangun masa depan lebih baik.
Kiatnya mengadakan revolusi mental merupakan ajakan pertobatan bagi
seluruh bangsa untuk membangun Indonesia Baru.
Memasuki
Minggu Adven II, marilah kita bersuka cita dalam Roh Kudus. Allah telah
menitipkan pesan-Nya, “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku …” (Yes 40:1),
karena ’ Sang Juru Selamat kita segera datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar